Minggu, 24 Februari 2008

belajar!!!!!!!



Daiyah Khairunnisa alias Dey, dikenal sebagai seorang aktivis dakwah yang berprinsip. Ketika baru saja naik ke kelas 3 SMA Citra Negeri di Palembang, sahabatnya, Bella, berusaha menjodohkan Dey dengan Sir Fatah, guru Bahasa Inggris mereka yang baru dan masih muda. Dey tidak memedulikannya. Berbeda dengan Bella yang sering bergonta-ganti pacar, salah satu prinsip Dey adalah tidak berpacaran karena tidak ada konsep pacaran dalam Islam. Sir Fatah sendiri ternyata adalah lulusan pesantren di Jawa Timur yang sempat menjadi tenaga pengajar di beberapa pesantren. Ia pun pernah mengikuti studi pertukaran mahasiswa di salah satu Universitas Islam di Islamabad selama satu tahun.

Karena keadaan darurat dan tidak ada pilihan lain, suatu malam sekitar pukul setengah sebelas, Dey terpaksa berboncengan motor dengan Sir Fatah untuk pulang ke rumah. Ternyata peristiwa itu merupakan siasat Bella untuk menjodohkan Dey dengan Sir Fatah. Baik Dey maupun Bella tidak menyangka bahwa kejadian itu akan berakibat buruk. Di hari-hari berikutnya, Dey menjadi topik utama gosip terbaru dan terkejam di SMA mereka: ia sebagai anak Rohis diberitakan memiliki kedekatan istimewa dengan Sir Fatah, gurunya sendiri.

Lama kelamaan, Dey dan Sir Fatah sama-sama menyadari dan mengetahui bahwa mereka menyimpan perasaan yang sama, yaitu cinta. Cinta yang belum tepat waktu, yang belum halal di mata Allah. Keteguhan prinsip dan iman memaksa keduanya untuk berjuang mengendalikan perasaan itu. Keduanya lalu memutuskan untuk mengingkari perasaan masing-masing dan saling menjaga jarak. Itulah jalan satu-satunya ketika menikah menjadi pilihan yang sama sekali tidak mungkin terjadi. Hingga pada suatu hari, Dey merasa terguncang saat terdengar kabar bahwa Sir Fatah akan menikah. Dey berusaha untuk tidak memikirkannya dan memfokuskan diri pada persiapan ujian akhir.

Sebagai satu langkah dalam proses melupakan kisahnya dengan Sir Fatah, Dey memutuskan untuk kuliah di Bandung, tepatnya di Unpad. Dalam perjalanan dari Palembang menuju Bandung, Dey berkenalan dengan George alias Jo, seorang lelaki muda berambut agak gondrong yang merupakan teman sebangku Dey di bus. Jo berprofesi sebagai wartawan di Jakarta dan berumur beberapa tahun lebih tua dari Dey. Sepanjang perjalanan, dengan caranya yang unik dan sederhana, Jo berusaha menghibur Dey yang masih merasa kacau. Sebelum berpisah, Jo memberikan kartu nama adik perempuannya di Cirebon supaya Dey bisa menghubungi adiknya.

Sambil menunggu hasil tes SPMB, setelah bertualang ke tempat-tempat tertentu di Bandung, Dey pun berencana mengunjungi Alessandra alias Ale, adik Jo, di Cirebon. Sesampainya di Cirebon, Dey bertemu kembali dengan Jo. Di sana, Jo mengungkapkan isi hatinya bahwa ia bersimpati pada Dey. Kaget dengan pernyataan Jo, Dey segera pulang ke Palembang tanpa berpamitan terlebih dulu pada Jo. Jo mengejarnya, bahkan mengatakan bahwa ia akan menemui Hidayat, kakak Dey, untuk menunjukkan keseriusannya.

Ternyata Jo tidak main-main. Jo bertamu ke rumah Dey, menemui Hidayat, dan memberitahu kakak Dey itu bahwa ia memiliki misi untuk menjadi seorang muslim yang baik, cerdas, dan taat. Semua proses perbaikan diri itu dilakukan Jo terutama agar ia bisa melamar Dey di kemudian hari. Dey merasa bimbang, apalagi ketika mendengar kabar dari sahabat Rohis-nya di SMA, Deswita, tentang Sir Fatah yang tidak jadi menikah. Alasannya pun sangat mengejutkan, yaitu karena Sir Fatah memilih untuk berjihad sebagai panglima Allah ke negeri konflik Palestina. Ketika menghadiri pernikahan Hidayat, Dey bertemu lagi dengan Sir Fatah. Perjuangannya di Palestina ternyata telah menyebabkan Sir Fatah harus merelakan kaki kanannya.

Pada akhirnya, Dey diharuskan untuk memilih. Ia terjebak dalam lingkaran cinta tiga orang laki-laki: Jo, lelaki dewasa yang mapan dan serius memperbaiki diri untuk lebih dekat dengan-Nya; Reno, teman Dey di Rohis SMA dulu yang walaupun masih kuliah, tetapi telah memiliki pekerjaan dan siap menikah; serta Sir Fatah, masa lalunya yang kembali hadir kini. Siapakah yang akan Dey pilih?

*

Tentang cinta, memang ia adalah topik seumur hidup. Yang menjadi bagian terpenting dalam novel ini adalah pelajaran yang bisa diambil dari kisah hidup seorang Dey. Di kalangan aktivis dakwah, tidak jarang cinta pun bersemi sebelum waktunya. Kisah Dey menunjukkan bahwa para aktivis dakwah bukanlah tembok kokoh yang tidak berperasaan. Mereka adalah manusia dengan hati yang lembut dan bisa merapuh jika dihadapkan pada keadaan tertentu. Mereka pun merasakan cinta, menikmati cinta, tetapi mereka selalu memiliki cara untuk mengendalikannya. Mereka juga manusia, tetapi sebagai manusia yang memang tidak pernah lepas dari khilaf, mereka senantiasa memiliki niat dan tekad untuk selalu berjuang agar bisa tetap berada di jalan-Nya.

Novel ini adalah kumpulan dari kecintaan Azzura pada kota kelahiran dan kisah perjalanannya ke empat kota. Gadis yang turut membidani lahirnya FLP Wilayah Sumatera Selatan ini memang memiliki kegemaran jalan-jalan dan bertualang sendirian. Dengan keikutsertaannya dalam organisasi penulis nusantara dan mancanegara tersebut, minat dan bakat menulisnya mulai terasah. Pada 2003, ia berhasil menjadi juara ketiga Sayembara Penulisan Novel Remaja tingkat nasional Gema Insani Press 2003, dengan novel remaja berjudul Alabaster yang mengambil setting di Canberra dan Adelaide, Australia. Di akhir 2004, cerpen "Lampion" menyabet penghargaan terbaik kedua dalam Festival Kreativitas Pemuda yang diadakan atas kerjasama Creative Writing Institute, Direktorat Kepemudaan dan Diknas, serta dibukukan dalam antologi Dari Zefir sampai Puncak Fujiyama (CWI, 2004).

Seperti yang diutarakan Salim A.Fillah dalam sampul buku Birunya Langit Cinta ini, kisah Dey dan tiga orang lelaki dalam hidupnya ini memang senikmat susu coklat. Aromanya harum mewangikan cinta, gizinya memperkaya jiwa. Hangat, memikat! Bacalah, hiruplah keharuman aromanya, teguklah sedikit demi sedikit susu coklat yang penuh gizi ini, dan niscaya Anda akan bisa memaknai birunya langit cinta dari perspektif yang berbeda.

ga papa yah, ngutip dari blog sebelah...
tapi emang bagus kok...
ga cukup kalo cuma baca satu kali thok.....

Senin, 18 Februari 2008

kitakah sahabat semusim...?

Berapa banyak orang yang kau kenal di sepanjang hidupmu? jawabnya pasti banyak sekali. lalu seberapa berartinya mereka dalam proses hidupmu?

Huffh,sebenarnya na hanya ingin membicarakan tentang yang namanya 'sahabat'. Mungkin banyak yang mengatakan ada sahabat dalam tiap masa, tapi tidak demikian dengan diri ini. Buat na, sahabat itu harus selalu ada di tiap masa untuk menguatkan langkah kaki yang mulai letih, tak peduli di masa apa kita saat itu.

na tu sempet mikir gini lho, sekarang tu banyak sekali fenomena friendster dan testi-testi segala macam, ga ada yang salah dengan semua itu. Tapi, itukah cerminan profile-profile yang kita ijinkan masuk ke dalam kehidupan kita dan menjadi 'sahabat maya' kita? kadang pun testi yang ada hanya berisi pujian yang kadang justru melenakan hati si penerima, sedangkan itukah cerminan sahabat sejati?(baca:selalu membenarkan tiap lanhkah yang kita ambil)

hmmm, seakarang kalau ditanya sebenarnya apakah definisi sahabat menurut seorang ana Jawabnya, sahabat itu seseorang yang mau berkata tidak saat semua orang berkata iya.


biarkan angin menerbangkanmu,
membawamu jauh ke negeri jauh,
walau angin tak lagi hangat,
senyumnya tak mengenal masa...

Sabtu, 02 Februari 2008

apa kabar imanmu hari ini?

Assalamu'alaikumwrwb,

Apa kabar imanmu hari ini?


Dua hari yang lalu na mengirim sms berisi kata-kata itu pada teman-teman na. Na pertama kali dapat sms itu dari salah satu mur0bi yang mengisi ment0ring di axel beberapa waktu lalu.Tapi tak sedikit yang mengecewakan dengan membalas sms itu. sebenarnya sms itu tak perlu dibalas,hanya perlu direnungkan dan diresapi. Direnungkan untuk menyegarkan kembali ruhiyah kita yang mulai kering,Diresapi untuk melihat,sebenarnya,bagaimana iman kita pada hari ini. Seberapa lama kita larut dalam urusan dunia. Seberapa lama kita memikirkan kesenangan dunia.Seberapa tinggi amplitudo detak jantung kita saat ayat quran dibacakan di hadapan kita?

Apa kabar imanmu hari ini?


Na saat mengirim sms itu pun juga sebenarnya ikut tertohok.
iman masih setipis kulut bawang yang hampit lepas ini harus selalu diikat erat oleh berbagai tali. Perlu orang lain untuk mengingatkan saat langkah sudah mulai letih tertati.


Apa kabar imanmu hari ini?


Ya ALLAH,bagaimana kujawab tanyamu nanti,padahal Engkaulah Yang Maha Menyaksikan....